Jangan Cuma Ikut, Yuk Simak Sejarah SNMPTN!

 


Quipperian sudah meluncur cari info di dunia maya tentang SNMPTN?
Kepoin universitas terbaik, jurusan, atau jangan-jangan udah coba ngulik tata cara pendaftaran SNMPTN?

Keren Guys. Persiapan musti jadi aksi penting agar siap menghadapi ujian. Istilahnya, sedia payung sebelum hujan.

Nah, selain persiapan teknis, Quipperian juga perlu tahu gimana sih perjalanan seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dari masa ke masa.

Dari situ, paling tidak, Quipperian bisa mengerti secara teknis penyelenggaraan SNMPTN mendatang jauh lebih baik ketimbang seleksi masuk SKALU (Sekretariat Kerjasama Antar lima Universitas) tahun 1976.

Banyak lagi manfaat bagi Quipperian memahami sejarah seleksi masuk PTN. Sebab, “bersama sejarah, kita belajar jatuh cinta,” tulis Kuntowijoyo, dalam Pengantar Ilmu Sejarah.

Ketika telah memahami sesuatu, biasanya kita akan jatuh cinta, kemudian mengusahakan sesuatu secara maksimal berlandaskan cinta. Cielah… Dari pada gombal terus, mending simak sejarah seleksi masuk PTN.

Yuk Kulik Informasi Terbaru Tentang SNMPTN 2017!

Seleksi Bersama Lima Universitas

Semula ujian masuk PTN berlangsung mandiri di masing-masing unversitas. Jadi, peserta dari penjuru tanah air, harus merogoh kocek sangat dalam, bersusah payah menempuh ribuan jarak bila ingin mengikuti seleksi masuk Universitas Indonesia, ketika itu di Jakarta pada tahun 1950-an.

Akibatnya, bila perserta di luar Jawa berkeinginan mengikuti seleksi masuk UI, namun dana terbatas, maka impian itu lantas pupus tinggal angan-angan. Mereka mau tak mau memilih PTN di daerahnya masing-masing. Misalnya, peserta asal Palembang, memilih menempuh studi di Universitas Sriwijaya.

Lima universitas ternama di pulau Jawa; Universitas Indonesia (Jakarta), Institut Teknologi Bandung (Bandung), Institut Pertanian Bogor (Bogor), Universitas Gajah Mada (Yogyakarta), dan Universitas Airlangga (Surabaya) kemudian bekerjasama memecahkan masalah keterjangakauan peserta, dan standar mutu bagi calon mahasiswa secara nasional.

Pada tahun 1971, kelima universitas tersebut membentuk Sekretariat Kerjasama Antar Lima Universitas (SKALU), bertujuan untuk mencari formula sistem penerimaan terpadu.

Butuh lima tahun bagi SKALU merancang, hingga akhirnya bisa melaksanakan ujian masuk PTN serentak di lima kota pada 13-16 Desember 1976. Lebih-kurang 37.000 lulusan sekolah menengah atas mencoba peruntungan untuk menjadi calon mahasiswa angkatan 1977.

SKALU menerapkan teknologi terbaru berupa komputerisasi untuk memeriksa jawaban. Soal essay tak lagi digunakan. Seluruh soal menggunakan metode pilihan ganda. SKALU kemudian menjadi model bagi sistem penerimaan mahasiswa terpadu pada tahun-tahun selanjutnya.

Proyek Perintis I—IV

Evaluasi pelaksanaan SKALU, membuahkan penataan standar, mengharuskan peserta memilih program studi bukan hanya universitas, penambahan jumlah PTN penyelenggara, dan lokasi. Pada tahun 1979, sistem seleksi PTN dikembangkan dan dibagi ke dalam tiga kategori Proyek Perintis.

Pada tahap pertama, Proyek Perintis I, Lima PTN lain; Universitas Padjadjaran (Bandung), Universitas Diponegoro (Semarang), Universitas Brawijaya (Malang), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (Surabaya) dan Universitas Sumatera Utara (Medan), bergabung melaksanakan penerimaan mahasiswa terpadu.

Kesepuluh PTN mengubah nama menjadi Sekretariat Kerjasama Antar Sepuluh Universitas (SKASU). SKASU mengizinkan peserta memilih tiga program studi pada tiga PTN.

Usai pelaksanaan SKASU, pelaksanaan penerimaan mahasiswa terpadu kembali silang sengkarut. Empat universitas; UI, IPB, ITB, dan UGM menyelenggarakan penerimaan mahasiswa baru tanpa ujian, atau Proyek Perintis II. Sementara 23 PTN lainnya mengembangkan sistem SKASU dan tetap menggunakan nama Proyek Perintis.

Pada tahap tiga, 23 masih menggunakan sistem penerimaan mahasiswa terpadu, atau Proyek Perintis III. Sedangkan, 10 Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), pada saat bersamaan, menyelenggarakan sistem penerimaan mahasiswa bernama Proyek Perintis IV.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mencoba mengurai benang kusut, melibatkan seluruh PTN untuk melaksanakan ujian masuk serentak dan terpadu, bertajuk Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru), pada tahun 1983. Sedangkan penerimaan tanpa ujian, Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) tetap berjalan.

Sipenmaru mengadopsi sistem dan pelaksanaan Proyek Perintis I-IV. Enam tahun berjalan, Depdiknas menghapus program PMDK dan mengganti Sipenmaru menjadi Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).

UMPTN  

UMPTN menjadi sistem tunggal penerimaan mahahasiswa baru seluruh Indonesia sejak tahun 1989. Secara substansi, UMPTN tak jauh berbeda dengan Sipenmaru.

Demikian pula syarat keikutsertaan, membatasi lulusan sekolah menengah atas selama-lamanya tiga tahun boleh mengikuti SNMPTN.

Berbeda dengan Proyek Perintis, membuka seluas-luasnya lulusan sekolah menengah atas tanpa batasan tahun kelulusan untuk mengikuti seleksi masuk PTN.

Peserta dapat memilih program IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), atau IPC (Ilmu Pengetahuan Campuran). Pelaksanaan ujian terbagi ke dalam beberapa Rayon A, B, dan C. Rayon A sebanyak 17 PTN meliputi Sumatera, Kalimantan Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Rayon B terdapat 9 PTN meliputi Yogyakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimanatan Timur. Sementara Rayon C terdapat 17 PTN, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

SPMB

Sistem seleksi masuk PTN kemudian berganti rupa sesuai Surat Keputusan (SK) Mendiknas No.173/U/2011. UMPTN berubah menjadi Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

SK tersebut menyatakan bahwa penerimaan mahasiswa baru menjadi tanggung jawa masing-masing PTN. Artinya, wewenang pelaksanaan SPMB berada di tangan Paguyuban Rektor Se-Indonesia.

SPMB menghapus sistem rayon. Pelaksanaannya terpadu secara nasional. Peserta bebas memilih dua PTN untuk jalur IPA dan IPS, atau tiga PTN untuk jalur IPC.

SPMB memakai bentuk academic achievment test, atau kemampuan seseorang diukur melalui kemampuannya mengerjakan soal-soal SMA.

Sementara penilaiannya menggunakan sistem skor. Jadi, peserta dengan nilai skor melewati ambang batas ketetapan, bisa lulus dan mendapat jurusan sesuai keinginannya. SPMB hanya bertahan tujuh tahun.

Catat! 5 Faktor Penting untuk Lolos SNMPTN

SNMPTN

Penyelenggaraan SPMB ternyata menuai polemik lantaran terdapat perbedaan tafsiran mengenai pengelolaan keuangan. Imbasnya, 41 rektor dari 56 PTN seluruh Indonesia memboikot pelaksanaan SPMB.

Pada tahun 2008, seleksi masuk PTN lagi-lagi berganti sistem dan berubah nama menjadi Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Permendiknas No.6 Tahun 2008, mengatur pelaksanaan seleksi masuk PTN secara terpusat di bawah koordinasi Direktur Jendral Perguruan Tinggi.

Sebanyak 57 PTN ikut ambil bagian pada pelaksanaan SNMPTN. Secara aturan penerimaan tidak jauh berbeda dengan SPMB, hanya berbeda wewenang dan pengelolaan saja, semula berada pada Paguyuban Rektor Se-Indonesia beralih kepada Dirjen Perguruan Tinggi.

SNMPTN mulanya membuka dua jalur penerimaan, jalur undangan atau terkenal dengan sebutan PMDK melalui penilaian rapor dan jalur ujian tertulis.

Pada tahun 2013, jalur ujian tertulis berubah nama menjadi Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), sementara jalur PMDK menjadi SNMPTN.

SNMPTN memiliki kriteria penilaian berdasarkan rapor, nilai Ujian Nasional, dan prestasi akademik lainnya. Hingga tahun 2016, tercatat 78 PTN berhimpun melaksanakan SNMPTN.

Quipperian, begitu kiranya sekilas jejak sejarah seleksi penerimaan PTN dari masa ke masa. Setelah mendapat bekal pengetahuan sejarah SNMPTN, niscaya Quipperian selangkah lebih siap menghadapi ujian. Selamat berjuang!

Peenulis: Rahmat Ali

Lainya Untuk Anda

Begini Cara Cek Kuota SNMPTN 2021 dan Informasi Penting Lainnya

Jangan Di-Skip, Ini Jadwal SNMPTN 2021!

Jangan Galau! Ini yang Harus Dilakukan Jika Kalian Tidak Lulus SNMPTN