Tokoh Nasional Alumni Universitas Hasanuddin

Ukuran sebuah kesuksesan memang relatif dan berbeda untuk setiap orang. Quipperian pun memiliki cita-cita dan tujuan berbeda yang ingin diraih usai lulus kuliah dari Universitas Hasanuddin kelak. Universitas yang berada di Makassar, Sulawesi Selatan ini sudah banyak menghasilkan orang-orang sukses. Salah satu alumnusnya bahkan ada yang menjadi orang nomor dua di negeri ini selama dua periode. Kesuksesan orang-orang di bawah ini diharapkan bisa menginspirasi kamu:

Jusuf Kalla

Sosok Wakil Presiden di dua periode (2004-2009 dan 2014-2019) ini sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin ini lahir di Watampone, Sulawesi Selatan pada 15 Mei 1942. Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya pada tahun 1967. Jusuf Kall kemudian melanjutkan pendidikan ke The European Institute of Business Administration Fountainebleu, Perancis dan lulus pada tahun 1977.

Sejak menjadi mahasiswa, ia aktif mengikuti sejumlah organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan. Mantan Ketua Umum sebuah partai politik ini adalah Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Makassar periode tahun 1965-1966, Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Hasanuddin periode tahun 1965-1966 serta Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) periode tahun 1967-1969.

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, ia menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan merangkap Kepala Bulog periode tahun 1999-2000. Pada kabinet selanjutnya, suami Mufidah Kalla ini menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.

Tak hanya itu, Kalla juga berhasil menciptakan perdamaian pada konflik Poso dan Ambon melalui pertemuan Malino I dan Malino II yang bertujuan untuk meredam konflik.

Pada tahun 2004, ia mundur dari jabatannya sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan menjadi calon Wakil Presiden berpasangan dengan Susilo Bambang Yudhoyono. Pasangan ini memenangi pemilihan umum (pemilu) Presiden pada 2004 dan menjabat hingga 2009.

Pada tahun 2009, Jusuf Kalla mencalonkan diri sebagai Presiden berama Wiranto. Namun pencalonannya kali ini gagal. Ia pun kembali mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden bersama Joko Widodo dan keduanya memenangi pemilu pada tahun 2014 yang lalu.

Hamdan Zoelva

Hamdan Zoelva menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) menggantikan Akil Mochtar pada tahun 2013-2015. Laki-laki kelahiran Bima, Nusa Tenggara Barat 21 Juni 1962 ini adalah lulusan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Setelah lulus pada tahun 1986, ia mendaftarkan diri sebagai dosen di Universitas Hasanuddin namun gagal. Dari kegagalannya itu, Hamdan akhirnya merantau ke Jakarta.

Hamdan dilahirkan dari pasangan suami istri TG. KH. Muhammad Hasan, BA dan Hj. Siti Zaenab. Ayah Hamdan adalah pimpinan Pondok Pesantren Al-Mukhlisin di Bima. Setelah lulus dari Madrasah Aliyah di tahun 1981, Hamdan memutuskan untuk mengambil kuliah di bidang hukum. Namun ketika itu, sang ayah meminta Hamdan untuk mengambil pendidikan tinggi di bidang agama mengingat latar belakang keluarganya adalah pesantren.

Akhirnya Hamdan kuliah juga di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alaudin, Makassar dan mengambil Fakultas Syari’ah dengan konsekuensi dirinya harus bisa membagi waktu untuk menjalani kuliah di dua kampus. Sebagai mahasiswa, Hamdan dikenal aktif di sejumlah organisasi. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Badan Koordinasi HMI Indonesia Timur. Karena cintanya pada organisasi, Hamdan akhirnya melepas salah satu kuliahnya.

Dari kerja keras yang dilakukannya, Hamdan sudah kesuksesan di banyak profesi, seperti pengacara, anggota DPR, staf khusus menteri, pengacara dan puncaknya adalah sebagai Ketua MK.

Abraham Samad

Laki-laki yang lahir di Makassar, 27 November 1966 ini merupakan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2011-2015. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin ini memang sudah memiliki ketertarikan pada bidang hukum sejak masih kecil.

Ketika kecil,  Abraham sudah ditinggal oleh sang ayah dan hal ini membuatnya sangat terikat emosional dengan sang ibu. Sejak sekolah di SD hingga berlanjut di SMP pada tahun 1980, Abraham dikenal sebagai anak yang sangat kritis. Ia tidak mau kompromi mengenai apa saja yang menurutnya tidak benar.

Kemudian ketika Abraham sekolah di SMA Katolik Cendrawasih, dirinya juga dikenal kritis dan suka memberontak. Hingga akhirnya Abraham sering terlibat tawuran hanya untuk membela teman-temannya. Karena kesetiakawanan itu, Abraham dijadikan teman-temannya sebagai tempat mengadu ketika ada masalah.

Setelah lulus SMA tahun 1987, Abraham melanjutkan pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin yang merupakan cita-citanya sejak kecil. Namun Abraham mengalami kebimbangan dalam menentukan profesinya saat itu karena ibunya menginginkan agar Abraham menjadi seorang birokrat. Sedangkan dirinya lebih menginginkan menjadi seorang advokat. Karena Abraham memandang penegakan hukum di Indonesia masih belum berjalan sebagaimana mestinya.

Setelah lulus dari Universitas Hasanuddin tahun 1992, Abraham melanjutkan studinya di Universitas Hasanuddin sekaligus menjalani profesi sebagai advokat. Karena giatnya memberantas kasus korupsi, Abraham mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Anti CoruptionCommite (ACC) dengan tujuan membongkar kasus korupsi khususnya yang ada di Sulawesi Selatan.

Setelah berhasil meraih gelar Magister di bidang hukum, Abraham melanjutkan studi doktoralnya di bidang yang sama dan di Universitas yang sama juga. Tesisnya mengambil tema mengenai pemberantasan korupsi, yaitu mengupas penanganan kasus korupsi di pengadilan negeri dengan pengadilan khusus.

Sejak tahun 2010, Abraham resmi menyandang gelar Doktor. Pada tanggal 16 Desember 2011, Abraham resmi menjabat sebagai Ketua KPK.

Tiga nama tadi tentu sudah tidak asing lagi untuk Quipperian dan masih banyak orang hebat lainnya yang juga lulus dari Universitas Hasanuddin. Kamu akan jadi salah satunya kalau kuliah dengan sungguh-sungguh!

Penulis: Igman Yuda Pratama

Lainya Untuk Anda

Skill Leadership: Pengertian, Tipe, Manfaat, dan Cara Mengembangkannya

Serba-serbi Jurusan Teknik Telekomunikasi

15 Jurusan Kuliah yang Tidak Ada Matematika, Apa Saja Pilihannya?