Jangan Ngaku Jago Teori Mutasi Biologi Kalau Belom Tahu Sang Peritis, Hugo de Vries!

Kamu Quipperian yang jago Biologi, mahir teori mutasi, dan bisa jawab soal mutasi dengan baik dan benar. Weitss, keren banget sih. Pasti kalian idaman gadis-gadis IPA. Ya, kan.

Tapi, tunggu sebentar. Kalian tahu Hugo de Vries?

Aha! Merek rumah mode. Bukan, guys! Masa kamu si jago teori mutasi enggak tahu si ahli botani asal Belanda?

Sebelum predikat ahli teori mutasi-mu dicabut karena enggak ngerti Hugo de Vries, ada baiknya kalian cari tahu sosok dan sumbangsihnya.

Enggak perlu jauh-jauh, kalian cukup simak artikel ini maka cakrawala pengetahuanmu tentang teori mutasi akan bertambah lengkap, dan predikatmu sebagai ahli teori mutasi terjaga baik.

Belajar Biologi Teori Mutasi untuk Materi Dasar SMA

So, simak jelas-jelas riwayat hidup dan karir Hugo de Vries.

Botanikus Harleem

Hugo de Vries lahir di Harleem, Belanda, pada 16 Februari 1848. Ayahnya, Gerrit de Vries, merupakan ahli hukum tata air dan perwakilan di negara bagian provinsi Belanda, sementara ibunya, Maria Everardina Reuvens, berasal dari keluarga ilmuwan dan pegawai negeri.

De Vries didik di sekolah tata bahasa baptis swasta dan kemudian di Gimnasium kotapraja. Dia tumbuh besar di daerah surga para ahli botani. Saat liburan sekolah, de Vries menjejalah seluruh negeri berjalan kaki untuk mencari tanaman bagi herbariumnya.

Pada tahun 1862, keluarga de Vries pindah ke Den Haag. Di sana tak ada komunitas Baptis, sehingga dia dikirim ke Leiden pada akhir pekan untuk menerima pengajaran agama.

Dia pun berlanjut menerima matrikulasi di Universitas Leiden, dan bertemu serta berinteraksi khusus dengan Willem Suringar, seorang profesor Botani. De Vries membantu sang profesor mengklasifikasi tanaman di herbarium Netherlands Botanical Society.

Di waktu luang, de Vries membaca dua karya paling merangsang minat terhadap botani, Origin of Species (1859) karya Darwin dan Textbook of Botany (1868) karya Julius Sachs.

Buku Darwin mengangkat keingintahuan de Vries tentang variasi dan hubungannya dengan proses evolusi, terutama diversifikasi spesies. Sementara, buku Sachs membangkitkan antusiasnya terhadap karya eksperimental, kuantitatif nan bertentangan dengan taksonomi gaya lama tentang lemahnya pemahaman koheren keturun dan bagaiman satu populasi leluhur benar-benar menghasilkan dua atau lebih spesies.

Meski mendapat gelar dokotor bidang fisiologi dari Universitas Leiden, de Vries memilih untuk tak melanjutkan dan bekerja di sana karena kerja eksperimentalnya akan terhambat oleh kerja universitas dan terdapat permusuhan terbuka terhadap Darwinisme.

Dia lantas melanjutkan studi di Jerman, pertama di Heidelberg (1870) dan Wurzburg (1871) bersama Sachs. Sang guru, Sachs, menaruh perhatian khusus terhadap de Vries, membantu anak didiknya memperbaiki tehnik eksperimental dan mencalonkan de Vries untuk menjabat Privatdozent fisiologi tanaman budidaya di Universitas Halle.

Di bawah bimbingan Sachs, de Vries melakukan serangkaian studi terperinci mengenai osmosis, plasmolisis, dan efek larutan garam pada sel tumbuhan.

Sebagai syarat mengajar di Halle, de Vries harus lulus ujian doktor. Dia lantas mengemukakan disertasi mengenai peregangan sel. Meski lulus, tapi karirnya di Halle tidak berjalan baik.

Kritik Teori Partikular Keturunan

Dia kemudian melanjutkan eksperimen dan mengajar di Amsterdam Anthenaeum. Di sana de Vries diangkat sebagai profesor luar biasa dan tepat pada hari ulang tahunnya di tahun 1881 dia diangkat menjadi profesor.

Di Amsterdam, de Vries menggeser studi eksperimental fisiologi ke studi tentang faktor keturunan. Dia mengajukan tinjauan kritis terhadap teori turun-temurun atau partikular tentang keturunan Darwin, Herbert Spencer, August Weismann, dan Carl von Nageli.

De Vries mengajukan teori sendiri bahwa pangenes (istilah Darwin) adalah pembawa sifat turun-temurun. Dia menganggap pangenes sebagai unit material berfungsi menggabungkan dan bergabung kembali dalam generasi berurutan seperti atom pada pembentukan molekul.

Meski hipotesa de Vries tidak dianggap sebagai cikal bakal teori kromosom Mendelian kelak muncul pada abad 20, namun buah pikirnya merupakan contoh elegan jenis teori keturunan evolusi paling mendominasi pemikiran Biologis abad 19.

Hasil eksperimen dan studi selama lebih kurang 10 tahun, dimuat dalam Die Mutationstheorie de Vries (1901-1903). Di dalam tulisan tersebut, de Vries menggambarkan secara rinci karyanya mengenai undnag-undang segregasi, fenomena variasi, dan mutasi tanaman.

Buku tersebut ternyata melambungkan namanya sebagai salah satu ahli botani terkemuka. Karya fisiologis de Vries terkenal di benua Eropa, khususnya Inggris. Selama musim panas 1904 dan 1906, dia diundang untuk memberikan kuliah umum di Universitas California, Berkeley.

De Vries mendapatkan banyak penghargaan, sebelas gelar doktor kehormatan, mendapat tujuh medali emas, dan menjadi anggota kehormatan di sebagaian akademi.

Pada tahun 1918 dia telah mencapai usia pensiun. Dia membeli rumah di Lunteren, sebuah desa terpencil, dengan lahan nan cocok untuk perkebunan. De Vries membangun laboratorium, dan tetap aktif sebagai profesional hingga ajal menjemput pada 21 Mei 1935.

Belajar Mutasi Biologi SMA Kelas 12 untuk Persiapan UN yang Matang

Well guys, semoga cerita seorang perintis teori mutasi bernama de Vries cukup menambah pengetahuan dan melengkapi pemahamanmu tentang Biologi. Jangan cepat puas, dan terus menggali informasi!

Penulis: Rahmat Ali

Lainya Untuk Anda

Latihan Soal SBMPTN Ekologi, Cara Ampuh Memaksimalkan Nilai Ujian!

Kuasai Mapel Biologi Kamu dengan Latihan Soal Materi Genetik Ini!

Contoh Soal SBMPTN Bioteknologi dari Quipper Video!