Home » UNTUK GURU » Cara Guru Bantu Persiapkan Siswa Menghadapi Tes Potensi Skolastik

Cara Guru Bantu Persiapkan Siswa Menghadapi Tes Potensi Skolastik

Bapak dan Ibu Guru, agar dapat membantu siswa dalam mempersiapkan diri menghadapi ujian tes masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN), maka sebagai seorang guru wajib mengetahui berbagai jenis tes masuk PTN berdasarkan peraturan terbarunya. Pada 2023, Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) diadakan melalui Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) dan Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT).

Adapun SNPMB yang dapat ditempuh oleh semua siswa jenjang SMA/MA dan SMK/MAK adalah dengan mengikuti Ujian Tertulis Berbasis Komputer-Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK-SNBT). Jalur SNBT sendiri berfokus pada kemampuan penalaran dan pemecahan masalah siswa dengan materi yang terdiri dari Tes Potensi Skolastik (TPS), Literasi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, serta Penalaran Matematika.

Pengertian tes potensi skolastik

Tes Potensi Skolastik (TPS) adalah tes yang didesain untuk menguji kemampuan berpikir siswa yang merupakan calon mahasiswa baru, yaitu dengan mengukur kemampuan kognitif yang mencakup penalaran umum, pemahaman bacaan dan tulisan, pengetahuan umum, serta pengetahuan kuantitatif.

Tes ini bertujuan agar siswa dapat berhasil menempuh pendidikan selanjutnya di perguruan tinggi. Kemampuan kognitif siswa pun telah berkembang melalui proses belajar, dan pengalaman-pengalaman di sekolah maupun di luar sekolah.

Sederhananya, TPS adalah tes yang berhubungan dengan dasar-dasar logika, dan digunakan untuk mengukur kemampuan bernalar, serta pemecahan masalah setiap siswa yang dapat diselesaikan bukan hanya dengan sekedar hafalan semata.

Fungsi tes skolastik

Adapun fungsi dari tes potensi skolastik, yaitu sebagai berikut.

  1. Untuk memprediksi/mengukur kemampuan kognitif siswa dalam situasi belajar di sekolah, yang meliputi pemahaman dan penalaran.
  2. Untuk mengeksplorasi minat bakat siswa, yaitu mencari informasi dan mempelajari beragam keahlian, serta keterampilan langsung dari beragam sumber yang relevan, seperti melalui situs edukasi, forum alumni, dan lainnya.
  3. Sebagai langkah awal mempersiapkan siswa untuk belajar ditingkat selanjutnya, yaitu tingkat perguruan tinggi.
  4. Menjamin calon mahasiswa memiliki penalaran, pemecahan masalah, serta kemampuan belajar yang tinggi, sehingga dapat memahami dan menyerap berbagai materi dari bidang ilmu yang akan diajarkan pada program studi spesifik di bangku kuliah dan dunia kerja nantinya.

Jenis soal TPS

Badan Pengelola Pengujian Pendidikan (BP3) yang menyelenggarakan SNPMB menyebutkan, TPS terdiri dari empat komponen, yaitu Penalaran Umum, Pemahaman Bacaan dan Menulis, Pengetahuan dan Pemahaman Umum, serta Pengetahuan Kuantitatif. Adapun pada Komponen Penalaran Umum terdiri dari tiga sub-komponen, meliputi penalaran induktif, penalaran deduktif, dan penalaran kuantitatif.

Kemampuan Penalaran Umum

Dalam TPS, komponen ini menguji kemampuan siswa untuk secara terarah dan terkendali menggunakan suatu prosedur dalam memecahkan berbagai masalah baru yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang sudah dipelajari sebelumnya. Kemampuan yang diujikan mencakup:

  1. Kemampuan problem solving, yaitu memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dihadapi sebelumnya.
  2. Kemampuan bernalar secara abstrak, yang bukan hanya hasil dari pembelajaran sebelumnya.

Adapun Komponen Penalaran Umum yang diujikan terdiri dari tiga sub-komponen, yaitu penalaran induktif, deduktif, dan kuantitatif yang masing-masing terdiri dari 10 soal dengan waktu pengerjaan 10 menit. 

Pengujian ini dilakukan untuk menilai bagaimana siswa dapat berpikir secara induktif (berpikir dengan mengamati dan menemukan), deduktif (bernalar secara logis menggunakan prinsip-prinsip yang telah diketahui sebelumnya), serta bagaimana kemampuan penalaran kuantitatif siswa yang melibatkan kuantitas dan penggunaan operator aritmetika dasar, seperti penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

Pengetahuan dan Pemahaman Umum

Pada komponen pengetahuan dan pemahaman umum dalam TPS, yang diujikan adalah kemampuan untuk memahami dan mengkomunikasikan pengetahuan umum yang dianggap penting di lingkungan budaya Indonesia. Khususnya keterampilan dalam berbahasa, menggunakan kata, dan keluasan serta kedalaman penguasaan pengetahuan umum.

Terdapat 20 soal dalam tes pengetahuan dan pemahaman umum dengan waktu pengerjaan 15 menit. Adapun yang termasuk dalam ujian ini adalah pengetahuan praktis seorang siswa tentang bahasa, informasi mengenai budaya Indonesia, dan konsep-konsep khusus yang berbasis verbal dan kebahasaan.

Kemampuan Memahami Bacaan dan Menulis

Dalam komponen ini yang diujikan adalah kemampuan dasar dalam membaca, kelancaran membaca, dan keterampilan menulis yang telah diperoleh siswa untuk memahami bahasa tulis, dan ekspresi pikiran melalui tulisan. Terdiri dari 20 soal dengan waktu pengerjaan 25 menit, komponen ini mencakup kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan yang lebih kompleks, seperti memahami wacana tertulis dan menulis cerita.

Pengetahuan Kuantitatif

Pengetahuan kuantitatif adalah komponen yang terkait dengan matematika, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran, dan mewakili kemampuan siswa untuk menggunakan informasi kuantitatif, serta memanipulasi simbol-simbol angka. Kemampuan ini mencakup pengetahuan tentang ukuran perhitungan matematika, pemecahan masalah matematika, dan pengetahuan umum matematika. Pada komponen ini, ujiannya terdiri dari 15 soal dan waktu pengerjaan 20 menit.

Perlu diingat, bahwa pengetahuan kuantitatif berbeda dengan penalaran kuantitatif. Secara umum, pengetahuan kuantitatif merupakan sekumpulan pengetahuan matematika yang diperoleh siswa, termasuk kemampuan untuk melakukan perhitungan matematika. Sedangkan penalaran kuantitatif merupakan kemampuan siswa untuk menalar secara induktif dan deduktif dalam memecahkan berbagai masalah yang berupa angka-angka.

Contoh soal TPS

Bersamaan dengan pengumuman perubahan sistem seleksi masuk PTN, Kemendikbud melalui video launching Merdeka Belajar Episode 22 juga menyertakan contoh soal Tes Potensi Skolastik.

Contoh Soal Tes Potensi Skolastik

Terdapat lima sekawan yang selalu semangat berangkat bersama menuju sekolah. Mereka adalah Sano, Joko, Adi, Rimba, dan Ratu. Adapun saat berangkat sekolah, Joko selalu menjemput Sano, setelah ia dijemput oleh Adi, dan Rimba menjadi anak terakhir yang dijemput. Sementara itu, letak rumah Ratu berada di antara rumah Joko dan rumah Adi. Maka, pernyataan yang BENAR dan tepat di bawah ini adalah…

  1. Rumah Ratu terletak paling jauh
  2. Rumah Adi terletak paling jauh
  3. Rumah Rimba terletak paling jauh
  4. Rumah Sano terletak paling dekat
  5. Rumah Adi terletak paling dekat

Jawaban: B

Pembahasan:

Untuk dapat menjawabnya, kita harus mengetahui siapa yang berangkat lebih dahulu ke sekolah. Artinya, rumah dia lah yang paling jauh dari sekolah.

Dari soal di atas, dapat kita ketahui kalau rumah Adi lebih jauh dari rumah Joko, karena Joko dijemput Adi yang selanjutnya mereka berdua menjemput Sano. Dengan begitu, maka rumah Sano lebih dekat dengan sekolah daripada rumah Joko.

Sementara itu, karena rumah Ratu terletak di antara rumah Joko dan Adi, maka dapat kita ketahui bahwa rumah Rimba lah yang paling dekat dengan sekolah, karena ia dijemput paling terakhir.

Apabila dituliskan berdasarkan urutan dari yang rumahnya terjauh dari sekolah sampai yang terdekat, maka susunannya menjadi seperti berikut.

Rumah Adi – Rumah Ratu – Rumah Joko – Rumah Sano – Rumah Rimba – SEKOLAH

Dengan demikian, jawaban yang benar sesuai pilihan di atas adalah B.

Cara mempersiapkan siswa menghadapi tes potensi skolastik

Untuk mempersiapkan siswa menghadapi TPS dalam SNPMB jalur SNBT, berikut beberapa cara yang Bapak dan Ibu Guru dapat lakukan agar persiapan siswa jadi lebih efektif dan berhasil menggapai kampus impiannya.

Memahami tentang Tes Potensi Skolastik

Seorang guru tentunya wajib memahami materi-materi tentang potensi skolastik, sehingga dapat mengajarkannya pada siswa. Bapak dan Ibu Guru dapat hadir dalam sosialisasi maupun melakukan pendalaman materi mengenai potensi skolastik, kemudian merancangnya ke dalam pembelajaran di kelas.

Melatih Penalaran Siswa melalui Fokus Belajar dengan Menerapkan Teknik Belajar dalam Pembelajaran

Karena TPS lebih ditekankan pada kemampuan penalaran siswa, maka siswa haruslah fokus dan teliti dalam membaca dan mengerjakan soal-soal yang diujikan. Dengan demikian, Bapak dan Ibu Guru dapat melatih fokus belajar siswa dengan menggunakan bermacam teknik belajar, seperti Teknik Pomodoro, Teknik Feynman, dan lain sebagainya.

Hal ini pun sejalan dengan Mendikbudristek yang mengatakan, bahwa kerja sama antara siswa dan guru melalui pengasahan daya nalar akan meningkatkan kesuksesan siswa pada jalur seleksi berdasarkan tes, untuk meraih kampus impian.

Mengadakan Latihan Soal dan Tryout

Usai melakukan pembelajaran dengan melatih fokus belajar siswa, Bapak dan Ibu Guru dapat mengadakan latihan soal dan tryout potensi skolastik. Adapun pelaksanaan TPS ini bisa dibagi menjadi tiga sesi, sebagai contoh tryout TPS diadakan pada pukul 07.30-09.00, 10.30-12.00, dan pukul 13.00-14.30.

Para siswa kemudian diwajibkan mengikuti tryout tepat waktu dan mendapatkan nilai minimal 70. Apabila hasilnya siswa mendapatkan nilai kurang dari 70, maka siswa diwajibkan mengikuti remedial sampai mencapai nilai minimal TPS.

Implementasi tes potensi skolastik pada pembelajaran

Penerapan TPS sebagai syarat masuk Perguruan Tinggi perlu diikuti dengan reformasi sistem pembelajaran di sekolah-sekolah. Bila tidak, maka berpotensi menimbulkan ketidaksiapan para siswa. Dengan demikian, sekolah-sekolah butuh beradaptasi untuk mempersiapkan diri.

Sesuai dengan arahan dari Kemendikbudristek, bahwa guru SMA harus mulai bersiap dengan perubahan pembelajaran yang menjadi materi skolastik. Guru juga wajib untuk memahami materi skolastik, serta bagaimana cara mengimplementasikannya. Guru harus benar-benar paham, sehingga siap mengajarkan materi skolastik kepada siswa.

Dalam pembelajaran yang telah berjalan, materai skolastik merupakan hal yang baru bagi siswa kelas XII. Berbeda bagi siswa kelas X yang sudah menerapkan kurikulum merdeka belajar dengan penekanan pada penalaran. Sedangkan tak sedikit kelas XII di berbagai SMA yang masih mengacu pada kurikulum 2013.

Adapun implementasi tes potensi skolastik pada pembelajaran di kelas dapat Bapak dan Ibu Guru lakukan dengan menerapkan tiga aspek dari tes potensi skolastik itu sendiri, yaitu logika, bahasa, dan numerik.

Logika/Penalaran

Bapak dan Ibu Guru dapat mengukur kemampuan penalaran serta kecakapan siswa, dalam memilih dan menggunakan informasi yang relevan untuk memecahkan masalah secara logis atau masuk akal dalam pembelajaran. Adapun penalaranan yang dimaksud, yaitu terdiri dari logika umum, analisis pernyataan dan kesimpulan (silogisme), logika cerita, dan logika diagram.

Verbal/Bahasa

Dalam pembelajaran, Bapak dan Ibu Guru dapat mengukur kemampuan siswa dibidang bahasa dan logika verbal. Sub-komponennya meliputi sinonim (persamaan kata), antonim (lawan kata), padanan hubungan kata, dan pengelompokan kata.

Numerik/Angka/Kuantitatif

Bapak dan Ibu Guru dapat mengimplementasikan aspek ini untuk mengukur kemampuan matematis sederhana siswa, serta pemahaman konsep matematika pada pembelajaran. Khususnya dalam kerangka berpikir yang terstruktur dan logika matematis. Adapun sub-komponen ini mencakup aritmatik (hitungan), seri angka, seri huruf, logika angka, angka dalam cerita, aljabar, dan geometri.

Selain itu, Bapak dan Ibu Guru juga dapat menyertakan pula komponen spasial atau gambar yang mengukur daya logika (imajinasi) ruang dalam pembelajaran. Komponen spasial ini terdiri dari padanan hubungan gambar, seri gambar, pengelompokan gambar, bayangan gambar, dan identifikasi gambar.

Bapak dan Ibu Guru, demikianlah penjelasan mengenai tes postensi skolastik yang dapat diterapkan dalam membantu siswa menghadapi ujian tes masuk PTN. Semoga artikel ini bermanfaat.

Lainya untuk Anda