Home » UNTUK GURU » Pahami Asesmen Diagnostik Lengkap dengan Contohnya

Pahami Asesmen Diagnostik Lengkap dengan Contohnya

Salah satu indikator kesuksesan seorang guru bisa dilihat dari perubahan perilaku atau pemahaman akademik para peserta didiknya. Tentu, hal demikian bukan pekerjaan mudah. Mengingat, setiap peserta didik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Itulah mengapa, Bapak/Ibu harus bisa mendekat dan memahami apa kelebihan dan kekurangan setiap peserta didik guna merancang strategi pembelajaran yang tepat di kemudian hari. Semua itu bisa dicapai melalui suatu penilaian yang disebut asesmen diagnostik. Apa pengertian asesmen diagnostik dan seperti apa contoh asesmen diagnostik ituu? Mari, simak materi selengkapnya!

Apa itu Kegiatan Asesmen Diagnostik?

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, asesmen diagnostik adalah asesmen yang dilakukan secara spesifik untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta didik, sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik. Kegiatan asesmen ini harus dilakukan secara berkesinambungan agar guru bisa memonitor setiap perubahan atau perkembangan peserta didiknya. Dengan demikian, guru bisa terus update dan menyempurnakan instrumen pembelajaran yang tepat untuk peserta didik. 

Apa Fungsi dari Asesmen Diagnostik?

Fungsi asesmen diagnostik adalah untuk mengidentifikasi tingkat kesulitan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Jika ditinjau dari sisi pendidik, asesmen ini berfungsi untuk membantu guru dalam mengembangkan rancangan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Apa Manfaat dari Asesmen Diagnostik?

Asesmen diagnostik tidak hanya bermanfaat bagi peserta didik, namun juga guru, dan kepala sekolah. Adapun manfaat asesmen diagnostik adalah sebagai berikut.

  1. Peserta didik akan mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dan kondisinya.
  2. Peserta didik bisa lebih aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
  3. Pencapaian peserta didik bisa meningkat.
  4. Guru lebih mudah membuat rancangan pembelajaran yang mengakomodir kompetensi dan kondisi peserta didiknya.
  5. Guru bisa mendapatkan umpan balik dari peserta didik di setiap pembelajaran.

Apa Saja Jenis-Jenis Asesmen Diagnostik?

Asesmen diagnostik dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

Asesmen Diagnostik Kognitif

Asesmen diagnostik kognitif adalah asesmen yang dilakukan di awal dan akhir pembelajaran untuk memantau sejauh mana peserta didik bisa memahami materi pembelajaran. Kegiatan asesmen semacam ini harus dilakukan secara rutin sebelum Bapak/Ibu memulai dan setelah mengakhiri pembelajaran atau biasa disebut asesmen formatif. Tidak hanya itu, asesmen kognitif juga bisa dilakukan di pertengahan atau akhir semester dalam bentuk ujian atau biasa disebut asesmen sumatif.

Asesmen Diagnostik Non-Kognitif

Asesmen diagnostik non-kognitif adalah asesmen yang dilakukan untuk mengetahui kondisi psikologi, emosi, dan sosial peserta didik. Artinya, asesmen ini lebih mengarah pada kondisi personal peserta didik. Tentu Bapak/Ibu memahami betul bahwa kondisi personal peserta didik akan mempengaruhi pencapaiannya di sekolah. Misal, peserta didik yang tidak merasa nyaman di rumah karena masalah keluarga, pasti ia juga sulit untuk fokus saat di sekolah.

Tujuan Asesmen Diagnostik

Seperti pembahasan sebelumnya, asesmen diagnostik dibagi menjadi dua. Setiap jenis asesmen memiliki tujuan masing-masing seperti berikut.

Tujuan Asesmen Diagnostik Kognitif

Adapun tujuan asesmen diagnostik kognitif adalah sebagai berikut.

  1. Mengidentifikasi pencapaian kompetensi peserta didik.
  2. Merancang pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi rata-rata peserta didik.
  3. Membentuk kelas remedial yang mampu mengakomodir peserta didik dengan kemampuan di bawah rata-rata.

Tujuan Asesmen Diagnostik Non-Kognitif

Adapun tujuan asesmen diagnostik non-kognitif adalah sebagai berikut.

  1. Memahami tingkat kesejahteraan psikologi, emosi, dan sosial peserta didik.
  2. Mengetahui aktivitas peserta didik saat belajar di rumah.
  3. Memahami kondisi keluarga peserta didik.
  4. Memahami latar belakang pergaulan peserta didik.
  5. Mengidentifikasi karakter, minat, serta gaya belajar peserta didik.

Tahap Asesmen Diagnostik

Setiap jenis asesmen memiliki tahapan yang berbeda-beda karena hasil akhir yang dicapai juga berbeda. Tahap untuk masing-masing asesmen adalah sebagai berikut.

Tahap Asesmen Diagnostik Kognitif

Adapun tahap asesmen diagnostik kognitif adalah sebagai berikut.

Tahap persiapan

Cara melakukan asesmen diagnostik diawali dengan persiapan. Adapun persiapan meliputi hal-hal berikut.

  1. Membuat jadwal pelaksanaan asesmen.
  2. Mengidentifikasi materi asesmen sesuai dengan KD yang telah disediakan oleh Kemendikbudristek.
  3. Menyusun pertanyaan sederhana, yang mencakup 2 pertanyaan sesuai capaian pembelajaran baru, 6 soal kelas satu tingkat di bawahnya, dan 2 soal dua tingkat di bawahnya. Misalnya, saat ini Bapak/Ibu mengampu IPA Kelas 6, maka pertanyaannya memuat 2 soal kelas 6 semester 1, 6 soal kelas 5 (semester 1 dan 2), dan 2 soal kelas 4 semester 2. Contoh soal asesmen diagnostik kognitif adalah “Sebuah bangun persegipanjang memiliki luas 24 m2 dan panjang 8 m. Berapakah lebarnya?”.

Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan pengerjaan soal-soal asesmen oleh peserta didik. Soal diberikan untuk semua siswa, baik siswa tatap muka atau siswa daring (jika menerapkan hybrid learning).

Tahap diagnosis atau tindak lanjut

Di tahap ini, Bapak/Ibu akan membuat semacam kebijakan terkaiat hasil perolehan rata-rata kompetensi peserta didik. Langkah-langkah di tahap ini meliputi:

  1. Mengolah hasil asesmen
    Untuk mengolah hasil asesmen, Bapak/Ibu bisa membuat skor misal 1 – 5 atau berupa pernyataan misal “Paham utuh”, “Paham sebagian”, atau “Tidak paham”.
  1. Hitung rata-rata peroleh kompetensi peserta didik.
  2. Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh, Bapak/Ibu bisa membagi peserta didik ke dalam tiga kelompok.
  • Jika perolehan peserta didik sama dengan rata-rata kelas, peserta didik akan diajar oleh guru kelas yang bersangkutan sesuai dengan fasenya.
  • Jika perolehan peserta didik di bawah rata-rata guru yang bersangkutan akan memberikan pendampingan berupa materi tambahan.
  • Jika perolehan peserta didik di atas rata-rata, peserta didik tersebut bisa mengikuti pengayaan.

Tahap Asesmen Diagnostik Non Kognitif

Adapun tahap asesmen diagnostik non kognitif adalah sebagai berikut.

Tahap persiapan

Adapun tahap persiapan asesmen diagnostik non kognitif SMA, SMP, maupun SD adalah sebagai berikut.

  • Siapkan instrumen asesmen yang meliputi gambar atau emoji yang mendukung suasana hati seseorang.
  • Membuat tabel atau pernyataan atau pertanyaan sejenis kuesioner yang dihubungkan dengan gambar atau emoji di poin sebelumnya. Contoh pertanyaan asesmen diagnostik non kognitif adalah “Apa yang sedang kamu rasakan saat ini?”, “Apa kamu merasa nyaman saat belajar”, “Apa kegiatanmu setelah pulang sekolah?”, “Pengalaman apa yang paling berkesan buatmu?”, dan masih banyak lainnya.

Tahap pelaksanaan

Di tahap ini, peserta didik harus mengisi instrumen asesmen yang telah Bapak/Ibu buat. Pengisian dilakukan secara jujur tanpa ada tekanan atau paksaan. Agar pengisian bisa berjalan sesuai harapan, berikan waktu bagi peserta didik untuk berpikir.

Tahap diagnosis atau tindak lanjut

Di tahap ini, Bapak/Ibu harus bisa menganalisis kondisi psikologi dan emosional peserta didik melalui hasil asesmen. Lalu, lakukan pendekatan dan libatkan orang tua jika diperlukan.

Contoh Asesmen Diagnostik

Adapun contoh asesmen diagnostik SD, SMP, dan SMA adalah sebagai berikut.

Contoh Asesmen Diagnostik SD

Asesmen diagnostik SD mencakup contoh asesmen diagnostik kognitif SD dan contoh asesmen diagnostik non kognitif SD.

Contoh asesmen diagnostik kognitif SD

Adapun contoh soal asesmen diagnostik kognitif SD adalah sebagai berikut.

Soal yang diambil adalah soal SD Kelas 5.

Bu Ina membuat kue tar berbentuk lingkaran. Kue tersebut dibagi menjadi 8 bagian sama besar. Jika kue itu akan dibagi pada 4 anak, banyaknya bagian yang diperoleh setiap anak adalah ….

  1. 2/8
  2. 1/8
  3. 2/4
  4. 4/8

Pak Hendra memiliki ayam sebanyak X. Oleh karena suatu hal, Pak Hendra menjual setengah dari ayam yang ia punya. Sisa ayam Pak Hendra adalah ….

  1. X – 2X
  2. X – 0,5X
  3. 2X – X
  4. 0,5X – 0,25X

Contoh asesmen diagnostik non kognitif SD

Adapun contoh soal asesmen diagnostik non kognitif SD adalah sebagai berikut.

  1. Apakah kamu merasa nyaman belajar di kelas?
  2. Kendala apa yang kamu hadapi saat belajar di rumah?
  3. Apakah orang tua selalu mengawasi kegiatanmu saat di rumah?
  4. Bagaimana pendapatmu tentang cara mengajar Bapak/Ibu Guru di kelas?

Contoh Asesmen Diagnostik SMP

Asesmen diagnostik SMP mencakup contoh asesmen diagnostik kognitif SMP dan contoh asesmen diagnostik non kognitif SMP.

Contoh asesmen diagnostik kognitif SMP

Adapun contoh soal asesmen diagnostik kognitif SMP adalah sebagai berikut.

Soal yang diambil adalah soal Matematika SMP Kelas 7.

Sebidang tanah memiliki ukuran panjang (x + 2)m dan lebar x m. Jika luas tanah tersebut 48 m2, perbandingan antara panjang dan lebarnya adalah ….

  1. 4:3
  2. 3:4
  3. 2:3
  4. 3:2

Andri memiliki selembar kertas berbentuk segitiga. Saat diukur, ternyata keliling kertas Andri adalah 66 cm dengan dua sisi lainnya 19 cm dan 28 cm. Pernyataan yang sesuai adalah ….

  1. Selembar kertas Andri berbentuk segitiga sama sisi.
  2. Selembar kertas Andri berbentuk segitiga sama kaki.
  3. Selembar kertas Andri berbentuk segitiga siku-siku.
  4. Selembar kertas Andri berbentuk segitiga sembarang.

Contoh asesmen diagnostik non kognitif SMP

Adapun contoh soal asesmen diagnostik non kognitif SMP adalah sebagai berikut.

  1. Apakah kamu merasa nyaman belajar di kelas?
  2. Apa kendala yang kamu hadapi saat belajar dari rumah?
  3. Ceritakan secara singkat kondisi rumahmu sehari-hari!
  4. Apakah orang tua selalu mengawasi kegiatanmu saat di rumah?

Contoh Asesmen Diagnostik SMA

Asesmen diagnostik SMA mencakup contoh asesmen diagnostik kognitif SMA dan contoh asesmen diagnostik non kognitif SMA.

Contoh asesmen diagnostik kognitif SMA

Adapun contoh soal asesmen diagnostik kognitif SMA adalah sebagai berikut.

Soal yang diambil adalah soal Fisika Kelas 11.

Viola merupakan siswa kelas 11 SMA Nusa Bangsa. Sudah dua bulan ini penglihatan Viola terganggu. Ia tidak bisa melihat dengan jelas tulisan di papan tulis yang berjarak 2 m dari tempat duduknya. Setelah diperiksa, ternyata Viola hanya mampu melihat benda maksimal 150 cm di depannya. Agar Viola bisa melihat dengan jelas tulisan di papan tulis tersebut, ia harus menggunakan kacamata berlensa cekung dengan kekuatan ….

  1. -0,667 D
  2. -0,5 D
  3. -1,5 D
  4. 0,5 D
  5. 1,25 D

Hikari sedang mengamati ukuran sel bawang merah menggunakan mikroskop. Panjang fokus lensa objektif mikroskop yang digunakan Hikari adalah 1 cm. Agar terlihat jelas, preparat sel bawang merahnya diletakkan 1,5 cm di bawah lensa objektif. Jika panjang fokus lensa okulernya 2,5 cm dan pengamatan dilakukan dengan akomodasi maksimum, perbesaran yang dihasilkan adalah ….

  1. 30 kali
  2. 22 kali
  3. 15 kali
  4. 10 kali
  5. 35 kali

Contoh asesmen diagnostik non kognitif SMA

Adapun contoh soal asesmen diagnostik non kognitif SMA adalah sebagai berikut.

  1. Apakah kamu merasa nyaman belajar di kelas?
  2. Bagaimana pendapatmu tentang pembelajaran jarak jauh selama Pandemi Covid-19?
  3. Tuliskan jadwal kegiatan belajarmu di rumah!
  4. Apakah kamu menemui kendala terkait penugasan yang diberikan oleh Bapak/Ibu guru di kelas?
  5. Bagaimana hubungan antara dirimu dan keluarga?

Contoh soal di atas bisa Bapak/Ibu sesuaikan dengan topik atau materi pembelajaran yang akan diajarkan, ya. Namun, harus tetap mengacu pada rancangan asesmen diagnostik yang telah ditetapkan, yaitu 2 soal dari materi yang akan diajarkan, 6 soal dari materi kelas satu tingkat di bawahnya, dan 2 soal dari materi kelas dua tingkat di bawahnya. Adapun contoh rancangan asesmen diagnostik adalah sebagai berikut.

Salah satu penentu keberhasilan asesmen ini adalah tingkat kejujuran para peserta didik. Oleh sebab itu, Bapak/Ibu harus mampu menekankan pentingnya kejujuran selama mengerjakan, bukan hanya berorientasi pada hasil. Mengingat, hasil yang tidak sesuai dengan kenyataan hanya akan membebani peserta didik di masa mendatang.

Itulah pembahasan Quipper Blog kali ini. Semoga bisa menambah semangat Bapak/Ibu dalam menyusun asesmen bagi para peserta didik. Selamat mencoba dan jangan lupa update terus Quipper Blog. Salam Quipper!

Lainya untuk Anda